ENGLISH

1.A letter to you from satan***
2.The reference
3.Letter from a friend
4.Deeper in love
5.The Difference***
6.Father's love***
7.The painting of a son***
8.Our thingking Vs God's promise
9.Greatest value in live***
10.Love
11.Everyday thanksgiving***
12.Unconditional love
13.Vision
14.What if
15.Butterfly
16.My grief spirit
17.Are you dealing with fear?
18.Jesus rejoined my family
19.Jesus sets me free

Note:
1***=word of the month

Belajar untuk prihatin

Seperti yg pernah saya ceritakan ketika kami masih kecil ayah saya ditahan oleh Kempeitai Jepang, sehingga Ibu harus berjuang sendiri mencari nafkah untuk membesarkan kami anak2nya, satu hal yg tidak mudah mengingat pada jaman perang banyak sekali orang kelaparan, karena tidak ada penghasilan. Tempat tidur yg kami milikipun hanya satu saja dimana Ibu dgn seluruh anak2nya berbaring diatas satu tempat tidur. Dan kalau salah satu dari kami menderita sakit, Ibu selalu tidur di atas lantai untuk memberikan lebih banyak tempat kepada anaknya yg sedang menderita sakit.
Ibu bekerja sebagai pencuci pakaian. Pagi2 sebelum matahari terbit ia sudah bangun untuk mencuci pakaian. Satu pekerjaan yg berat, karena semuanya harus di cuci dgn tangan. Ia bekerja 7 hari seminggu dgn tiada mengenal lelah.
Uang yg Ibu dapatkan hanya cukup untuk makan se-hari2, bahkan kadang2 inipun masih kurang, sehingga seringkali kami tidur dgn tanpa makan malam. Walaupun kami telah tidur ibu masih tetap bekerja terus, dibawah remang2 lampu cempor minyak, karena tidak ada listrik dirumah kami. Ia harus menggosok pakaian s/d jauh malam. Tetapi walaupun Ibu harus kerja berat, ia tidak pernah mengeluh.
Kami anak2nya tidak pernah memiliki sepatu dan kakak saya pada bln berikutnya harus masuk sekolah. Ibu berusaha ingin membelikan sepasang sepatu untuk kakak saya. Kebenaran tetangga kami seorang penjual barang rombengan (tukang loak), kepada dia Ibu memesan sepasang sepatu, walaupun sepatu bekas dan juga agak kebesaran, tetapi daripada tidak punya sepatu sama sekali. Harganyapun telah ditetapkan, tetapi karena Ibu belum punya uang, ia diberi kesempatan untuk mengumpulkannya terlebih dahulu, setelah jumlah uangnya lengkap ia boleh menembus sepatu bekas tsb.
Ibu ingin uang itu cepat terkumpul sehingga ia bekerja lebih banyak dan lebih berat lagi. Ia harus menggosok pakaian kadang2 hingga jam 2 pagi sedangkan jam 5 pagi ia sudah harus bangun lagi untuk mencuci pakaian. Bahkan untuk bisa menabung ini Ibu telah beberapa kali melakukan puasa agar uangnya bisa lebih cepat terkumpul.
Akhirnya Ibu jatuh sakit, karena pekerjaannya yg terlalu berat dan juga karena seringnya berpuasa, walaupun ia sakit, ia tetap bekerja terus, sehingga pada saat ia menggosok pakaian, karena kelelahan ia lelap sejenak. Akibatnya sangat fatal bagi Ibu, pakaian langganan yg sedang ia gosok menjadi hangus oleh strikaan panas.
Ibu menangis, ia bukan menangis karena sakit, ia bukan menangis karena harus bekerja berat, ia menangis, karena uang celengan yg tidak seberapa jumlahnya yg seyogiyanya untuk membeli sepatu anaknya harus digunakan untuk mengganti pakaian yg hangus kena strikaan. Sehingga pada saat kakak saya sekolah terpaksa ia sebagai anak satu2nya yg tidak memakai sepatu.
Ketika pulang sekolah kakak saya menangis ia tidak mau pergi ke sekolah lagi, karena ia telah menjadi ejekan dari kawan2 sekolahnya sebagai satu2nya anak yg tidak pakai sepatu. Masih ingat oleh saya wajah Ibu, sambil memeluk anaknya ia membelai kepala kakak saya, mengalir air matanya keluar, tak sepatah katapun yg ia ucapkan, tetapi terbayang diwajahnya betapa pedih dan betapa sakitnya perasaan Ibu saya pada saat tsb.
Mogah2an tidak membosankan untuk membaca pengalaman hidup mang Ucup dimasa kecilnya.
Mang Ucup

main menu

INDONESIA

1.Harga sebuah cinta
2.Kesaksian mantan peramal***
3.Malapetaka***
4.Tempayan yang retak
5.Belajar untuk hidup
6.5 hal terpenting?
7.Tangan Tuhanku
8.Tahun penuaian telah tiba
9.Bertemu dgn Tuhan***
10.Belajar untuk prihatin
11.Kekristenan di china
13.23 jam 20 menit***

Note:
1.***=words of the month