ENGLISH
1.A letter to
you from satan***
2.The reference
3.Letter from a friend
4.Deeper in love
5.The Difference***
6.Father's love***
7.The painting of a son***
8.Our thingking Vs God's promise
9.Greatest value in live***
10.Love
11.Everyday thanksgiving***
12.Unconditional love
13.Vision
14.What if
15.Butterfly
16.My grief spirit
17.Are you dealing with fear?
18.Jesus rejoined my family
19.Jesus sets me free
Note:
1***=word of the month
|
Kekristenan
di china
Keadaan yang Buruk di dalam Penjara
Ruth duduk di atas lantai yang kotor. Perasaannya dipenuhi keinginan untuk memberontak
karena bau busuk yang begitu menyengat dan meliputi udara di dalam sel. Ruth tidak bisa
mengingat bau benda apa yang lebih busuk dari bau ruangan ini. Di dalam sel ini tidak ada
toilet, bahkan tidak ada satu lubang kecil untuk pembuangan kotoran. Sedikitpun tidak
tersedia air di tempat itu. Di Cina, khususnya selama masa kebrutalan revolusi kebudayaan,
para tahanan benar-benar tidak diperhatikan. Ruth bisa merasakan binatang-binatang kecil
merayapi tubuhnya seperti laba-laba, kecoa, dan tikus. Nyamuk-nyamuk yang haus akan darah
berdesingan di mana-mana. Kegelapan meliputi tempat itu. Begitu gelapnya sampai Ruth tidak
bisa melihat orang-orang yang ada di sekelilingnya.
Pikirannya sedang melamunkan tiga orang anaknya, Daniel, 10, Joseph, 8, Mary, 5, yang
ditinggal sendirian di rumah. Ruth bersama dengan suaminya, Michael, telah ditawan dan
dimasukkan ke dalam sel tahanan. Tragedi yang Mengenaskan
Dalam kegelapan itu, tiba-tiba ada suara seorang teman yang bertanya, Apakah kamu
punya anak? Mendengar pertanyaan yang seakan-akan mengerti pikiran dan perasaannya,
Ruth menjawab, Ya, ada tiga orang, jawabnya. Sebenarnya saya telah
melahirkan empat orang anak, namun seorang diantaranya telah mati, lanjutnya.
Apa yang telah terjadi? Ruth tidak bisa menjawab. Untuk sesaat air matanya
mengalir membasahi pipinya. Tuhan, tolonglah aku untuk mempermuliakan Engkau dalam
segala sesuatu, dia berdoa. Akhirnya, dia mulai menceritakan kisah tragis yang
menimpa anaknya ini. Dengan suara pilu dia berkata, Peter, Ruth menyebut nama
anaknya ini. Tiga tahun yang lalu, ketika dia berumur 11 tahun, rumah kami digeledah
dan didatangi oleh Tentara Merah (Red Guards). Ada beratus-ratus orang yang datang dan
memeriksa tempat kami. Mereka telah mengetahui bahwa saya dan suami saya adalah seorang
pemimpin dari banyak gereja rumah di daerah itu. Mereka menendang roboh pintu
rumah kami, mengikat suami saya dan menggunduli kepala kami berdua. Mereka menodongkan
senjata di atas kepala kami dan berteriak: Di mana Alkitabmu? Di mana rekan-rekan
yang bersamamu? Di mana kamu melakukan pertemuan? Karena kami menolak untuk
menjawab, mereka mulai menghancurkan perabot-perabot rumah kami dan seisi rumah kami
diporak-porandakan. Untuk tiga hari tiga malam kami tidak diijinkan makan, minum atau
tidur. Mereka melihat empat orang anak kami dan mereka membariskan mereka di atas bangku.
Ketika anak kami kelelahan, mereka memukuli mereka dan memerintahkan untuk terus berdiri
di atas bangku. Karena saya dan suami saya tidak mau menjawab saat ditanyai, maka tentara
Red Guards mulai menginterogasi anak-anak kami. Tetapi anak-anak kami juga menolak
untuk bekerja sama. Mereka mengetahui bahwa hidup atau mati, mereka harus mengakui nama
Tuhan Yesus dan jangan pernah menyebutkan nama atau identitas rekan-rekan pekerja
Kristen yang lain. Dengan kasar mereka mulai memukuli anak kami lagi. Peter diseret keluar
rumah dan giginya mulai dicabuti. Dia dipukuli hingga berdarah. Akhirnya mereka
melemparkan dan meninggalkan tubuhnya yang sudah lumpuh di atas lantai. Suami saya dibawa
dan dipekerjakan secara paksa di kamp militer pekerja berat. Saya segera
membawa Peter ke rumah sakit. Dokter mengatakan tidak ada harapan karena anak ini telah
banyak mengeluarkan darah. Saya diberitahu untuk mempersiapkan pemakaman baginya. Mereka
juga telah memberikan surat-surat yang diperlukan untuk proses pemakaman.
Pihak yang berwewenang mengijinkan suami saya untuk meninggalkan kamp kerja paksa
untuk sesaat dan menjenguk Peter di saat menit-menit terakhir sebelum Peter dijemput
Tuhan. Ketika melihat ayahnya datang, Peter sangat gembira. Ayah dan ibu,
katanya, banyak orang yang mengenakan jubah hitam saat mereka mati, tetapi saya
ingin berpakaian jubah putih, supaya saya kelihatan indah saat bertemu dengan Tuhan
Yesus! Kami menangis dan sangat berduka karena dia. Dan kami berdoa bersama-sama
supaya nama Allah dipermuliakan. Karena musim hujan pada waktu itu maka semua
jendela di tempat itu ditutup. Tetapi ketika kami selesai berdoa satu jendela terbuka dan
ada angin sejuk berhembus masuk memenuhi ruangan. Roh penghibur datang memasuki hati kami.
Peter berbisik perlahan, Yesus telah datang untuk membawaku pulang. Selamat
tinggal. Wajahnya dipenuhi dengan sukacita. Bahkan dokter yang hadir saat itu
digerakkan untuk berkomentar, Saya belum pernah melihat orang yang mati penuh
kedamaian seperti ini. Ketika kami pulang ke rumah, anak-anak kami yang
lebih muda dari Peter mengagetkan kami dengan kegembiraan yang luar biasa. Mereka berkata,
Kami tidak bisa tidur, karena kami melihat kumpulan besar malaikat-malaikat di
sekeliling rumah. Mereka membawa alat-alat musik instrumen dan menyanyi untuk kami. Mereka
mengatakan bahwa mereka datang untuk membawa Peter bersama-sama dengan mereka ke
sorga. Saya menjelaskan, Saudaramu telah pergi bersama-sama dengan
Tuhan Yesus. Dan mereka semua menangis. Peter begitu mengasihi saudara-saudaranya
ini dan mereka juga membalas kasihnya dengan rasa sayang yang sangat besar.
Mengganti Kebencian dengan Kasih
Ada kesunyian yang panjang dalam sel itu. Tetapi kemudian Ruth mulai bisa mendengar suara
tangisan yang berasal dari berbagai tempat di dalam sel gelap itu. Tiba-tiba, terdengar
suara teriakan kemarahan, Terkutuklah orang-orang Red Guards! Kenapa mereka
melakukan hal yang keji seperti ini? Saya berharap bisa mencekik leher orang-orang ini dan
membunuh mereka! Jangan! Jangan! Ruth berteriak. Kalian jangan membenci
mereka. Ini adalah dendam dan lingkaran kepahitan. Yesus mengajarkan supaya kita mengasihi
semua orang bahkan mengasihi musuh-musuh kita. Setiap hari saya berdoa untuk
tentara-tentara Red Guards ini, supaya mereka segera menemukan dan mengenal Yesus. Dengan
cara yang sama, saya juga telah berdoa bagi kalian semua. Kalian semua juga
kekasih-kekasih yang dicintai Tuhan Yesus. Hah! Cetus seseorang dengan
gerang. Kalau Yesus sungguh-sungguh mengasihi saya, kenapa saya ada di sini, di
dalam sel yang kumuh ini? Ruth mulai menjelaskan bagaimana sel yang kotor ini sama
seperti dosa mereka. Hanya salib Yesus yang sanggup menjembatani gap antara orang-orang
berdosa dengan Allah yang kudus. Yang mereka butuhkan adalah mengakui dosa-dosa mereka dan
meminta Yesus menjadikan mereka manusia yang baru. Sekali lagi ada kesunyian yang panjang
dalam penjara itu. Dan satu persatu anggota sel itu mulai bertekuk lutut di sampingnya,
penuh tangisan mengakui dengan keras segala dosa-dosa mereka dan memohon Yesus
menyucikannya. Terima kasih Tuhan, Ruth berdoa. Sungguh Engkau bisa
mengubahkan segala sesuatunya menjadi baik! Kesaksian ini menggambarkan betapa
hebatnya aniaya dan penderitaan yang dialami gereja-gereja Tuhan di Cina. Namun semua yang
dialami orang-orang ini seakan-akan memancarkan kemuliaan Tuhan yang semakin terang dan
menjadi kesaksian atas seluruh bangsa di dunia. Keteguhan iman mereka teruji dalam dapur
api. Mereka bukan cuma mengakui Yesus dengan mulut mereka, tetapi mereka membayar
pengakuan mereka ini dengan aniaya dan penderitaan. Mereka belum pernah merasakan datang
ke gereja tiap minggu, bernyanyi memuji Tuhan, bersukacita, dan mengharapkan untuk hidup
dalam kelimpahan. Yang ada pada mereka adalah gereja bawah tanah dan ibadah yang
sembunyi-sembunyi. Mereka dikejar-kejar oleh tentara militer, dan rawan dengan aniaya.
Pengakuan iman mereka teruji dengan tindakan yang nyata. Kuasa injil betulbetul
dinyatakan dalam kehidupan mereka. Mereka mempertahankan iman dengan nyawa mereka. Tidak
ada sesuatupun yang dapat menggoyahkan iman mereka di dalam Tuhan. Iman seperti inilah
yang dicari Tuhan. ..... Akan tetapi, jika Anak Manusia itu datang, adakah Ia
mendapati iman di bumi? (Luk 18:8)
Penginjil Cina Membutuhkan Doa Saudara
Saya begitu sendirian. Saya menghadapi pikiran untuk bunuh diri ketika tidak bisa
tidur setiap malamnya. Saya sangat merindukan untuk memenangkan banyak jiwa bagi Tuhan,
namun tidak seorangpun yang mau mendengar. Semua orang memandang rendah dan meremehkan
saya. Penghiburan saya hanyalah Yesus yang telah mengalami dan menjalani semuanya ini
(penderitaan, aniaya, diremehkan dan direndahkan). Bagian dari surat penginjil Cina
ini memberikan gambaran bahwa banyak daerah-daerah di Cina yang belum meresponi panggilan
Tuhan. Bahkan kalau seandainya kita memasukkan 70 juta orang Cina Kristen (orang yang
meresponi Injil Kristus) dalam hitungan, hitungan ini hanya mencapai kurang dari 7 persen
saja orang Cina yang percaya dan meresponi Injil Kristus. Berdoalah supaya Tuhan
meneguhkan setiap penginjil-penginjil yang melayani desa-desa kecil di seluruh Cina.
Supaya mereka berada dalam kondisi rohani yang berapi-api. Tragisnya, orang yang menulis
surat ini telah dikubur tahun ini. Tidak ada seorangpun yang tahu apakah ia bunuh diri
atau dibunuh.
main menu
|
INDONESIA
1.Harga sebuah
cinta
2.Kesaksian mantan peramal***
3.Malapetaka***
4.Tempayan yang retak
5.Belajar untuk hidup
6.5 hal terpenting?
7.Tangan Tuhanku
8.Tahun penuaian telah tiba
9.Bertemu dgn Tuhan***
10.Belajar untuk prihatin
11.Kekristenan di china
13.23 jam 20 menit***
Note:
1.***=words of the month
|